Perbanyakan tanaman secara vegetatif atau vegetative progagation adalah perbanyakan tanaman yang tidak melalui perkawinan putik dan serbuk sari tanaman, melainkan memanfaatkan bagian tanaman baik batang, akar, atau daun. Keuntungan dari cara vegetatif adalah lebih cepat berbuah dan tanaman baru mempunyai sifat yang sama dengan induknya. Kelemahannya, sistem perakaran kurang kuat dibanding tanaman dari biji.
Perbanyakan tanaman vegetatif menyumbang menyebarnya klon unggul tanaman buah hingga seluruh Indonesia, bahkan luar negeri. Seperti tanaman mangga, jambu biji, jambu air, jengkol, durian, dll. Dengan perbanyakan vegetatif, tanaman unggul bisa digandakan, sehingga menghasilkan tanaman baru dengan kualitas sifat yang sama dengan induknya, misalnya rasa buahnya, aromanya, besar buahnya, ketahanan terhadap penyakitnya, dll.
Perbanyakan tanaman secara vegetatif juga bisa memperbanyak tanaman yang bijinya sedikit, atau bahkan tanpa biji, misalnya jambu krital, jambu sukun, atau jambu air citra, Madu Deli Hijau yang biasnya tanpa biji atau sedikit berbiji.
Perbanyakan tanaman vegetatif mampu memperbanyak tanaman unggul dalam waktu cepat, tapi juga ikut menyumbang berkurangnya keanekaragaman hayati tumbuhan. Di alam tanaman buah saling berkawin silang sehingga menghasilkan tanaman yang bervariasi.
Dengan teknologi perbanyakan vegetatif, keanekaragaman hayati berkurang karena yang ditanam itu klon/bagian tanaman yang menghasilkan tanaman sama dengan induknya. Tanaman hasil cangkok/okulasi yang cepat berbuah juga menggeser minat orang untuk menanam tanaman buah melalui biji, akibatnya tanaman buah makin seragam dan hanya varietas unggul yang akan ditanam.
Tapi perbanyakan tanaman secara vegetatif juga bisa menjadi penyelamat tanaman langka yang hampir punah, misalnya varietas mangga lama.
Dengan teknologi sambung pucuk/okulasi, atau bahkan kultur jaringan, varietas mangga lama bisa diperbanyak dengan cepat dan cepat berbuah tanpa menunggu puluhan tahun.
Tapi, masyarakat mau menanam tanaman buah kalau menguntungkan, tanaman varietas lokal lama bisa bertahan akhirnya hanya menjadi koleksi kebun percobaan untuk diambil sifat baiknya dan dikawinkan dengan varietas lain.
Dan hukum seleksi alam pun berjalan: “survival of the fittest” yang paling sesuai dengan kondisi lingkungan/jaman yang akan bertahan. Jadi tanaman buah yang diminati yang akan bertahan, tanaman buah yang enak dan banyak hasilnya yang akan banyak ditanam, yang tidak akan ditinggalkan hingga akhirnya punah.
What’s a sad story…. 🙁
Menyedihkan memang, tapi begitulah kehidupan (tanaman), yang lama ditinggalkan, yang baru siap menggantikan.
Kembali ke laptop.
Berikut beberapa cara perbanyakan tanaman secara vegetatif
1. Stek
Ini adalah cara yang paling sederhana, memotong bagian tumbuhan lalu menanamnya. Yang bisa dipakai sebagai bahan stek adalah batang, daun, dan akar. Salah satu kelemahan/kesulitan dalam melakukan stek adalah tanaman kekurangan air, dan mati sebelum terbentu akar.
Stek paling cocok untuk tumbuhan yang cepat tumbuh seperti sayur-sayuran semusim. Tapi dengan perlakuan khusus stek juga bisa dilakukan untuk tanaman tahunan seperti jati, kopi, karet, jambu air, dan jambu biji.
cara agar stek tidak kekeringan:
- taruh di tempat teduh
- basahi tanah sampai lembab
- kurangi daun-daun di batang stek
- untuk mengurangi penguapan gunakan penutup plastik/sungkup
- untuk mempercepat akar, beri hormon perangsang akar/zat perangsang tumbuh. Bisa menggunakan merk di pasar atau membuat sendiri dari zat perangsang akar.
Macam-macam stek
- Stek batang
- Stek daun
- stek akar
- stek mata tunas
- stek pucuk
- stek umbi
Stek bisa menggunakan batang, akar maupun daun. Beberapa tanaman sangat mudah diperbanyak dengan stek batang, seperti kangkung, sirih gading, tanaman hias janda bolong, ubi kayu, ubi jalar, adenium, mawar, melati, dll.
Ada juga yang bisa tapi lebih sulit misalnya tanaman berkayu seperti jambu air, jambu biji, dan kelor.
Atau stek akar/umbi seperti kentang, ubi jalar, talas, porang, dan yam/uwi. Sementara untuk stek daun misalnya sansevieria dan cocor bebek.
2. Cangkok
Cangkok adalah cara menumbuhkan akar di batang pohon dengan mengurangi/menghambat transmisi zat makanan dari daun ke akar, tapi daun tetap mendapat makanan dari akar.
Dengan cara ini maka hormon auksin yang berfungsi merangsang tumbuhnya akar dan karbohidrat yang diproduksi di pucuk daun terhambat jalurnya menuju ke akar, sehingga merangsang pertumbuhan akar di tempat yang dicangkok. Di atas sayatan cangkok biasanya batangnya membesar karena ada cadangan makanan dan hormon yang menumpuk.
Cangkok umumnya dilakukan pada tanaman yang mempunyai kambium. Cangkok lebih rumit daripada stek, tapi mempunyai tingkat keberhasilan yang leih tinggi.
Keunggulan cangkok daripada stek adalah batang tetap mendapat makanan dari akar selama pembentukan akar, sehingga resiko batang mati lebih kecil.
Secara keberhasilan teknik cangkok lebih tinggi daripada stek, tapi membutuhkan proses yang lebih rumit, jadi untuk produksi masal kurang efektif.
Cara mencangkok
- Sayat melingkar kulit batang sepanjang kurang lebih 5-10cm pada batang yang mau dicangkok, bersihkan kambiumnya agar tidak tumbuh kulit baru
- bungkus dengan sabut kelapa atau plastik, beri media tanam berupa tanah atau cocopeat di tengahnya. Kalau menggunakan plastik lubangi dengan lidi di sekelilingnya
- ikat agar tanah tidak hilang
- siram secara teratur agar akar segera tumbuh, atau lakukan di musim hujan agar media cangkok selalu basah
- setelah akar keluar banyak pindahkan ke dalam pot, tunggu sampai akarnya cukup kuat untuk dipindah ke tanah
3. Teknik sambung
Ada istilah sambung pucuk, sisip tunas, grafting, okulasi, budding, enten, intinya menggabungkan dua tanaman sejenis yang diambil sifat-sifat baiknya. Dalam okulasi tanaman buah ada dua tanaman, misalnya untuk batang atas (entres/scion) dipilih yang buahnya bagus, enak, karena nanti mau dipanen buahnya, dan yang bawah (rootstock) diambil yang akarnya kuat, tahan kondisi asam, dll.
Teknik sambung ada beberapa macam, sambung pucuk, sambung batang, dan sambung tunas/sisip (budding). Masing-masing digunakan menyesuaikan bentuk dan sifat tanaman.
Syarat untuk tanaman bisa diokulasi adalah masih berkerabat dekat, misalnya satu genus. Misalnya yang umum adalah antara tanaman takokak (rimbang) sebagai batang bawah dengan terong dan tomat sebagai tanaman atas. Tanaman takokak dipilih sebagai batang bawah karena mempunyai akar yang lebih kuat sehingga menjadikan tanaman lebih besar.
Cari di Google misalnya tanaman terong, nanti akan muncul laman Wikipedia atau laman lain yang berisi klasifikasi tanaman dan urutan kekerabatan, lalu lihat nama genusnya. Lalu cari tanaman lain dengan genus yang sama. Tanaman yang samih satu genus kemungkinan besar bisa dilakukan okulasi.
Kelebihan teknik sambung ini perakaran kuat, tanaman atas berkualitas, dan cepat panen. Tapi kelemahannya memang lebih sulit dilakukan, karena sering tanaman belum tersambung tapi sudah layu. Untuk menghindari ini bisa dilakukan seperti pada cara stek di atas, yaitu memberi sungkup plastik untuk mengurangi penguapan.
Yang paling aman adalah teknik sambung susu, inarching.
Caranya, pohon yang mau dijadikan batang bawah dimasukkan ke dalam pot kecil, kemudian digantung di dahan yang mau diambil batang atasnya. Bisa juga tanaman ditanam di satu atau dua pot, lalu batangnya saling didekatkan. Masing-masing batang yang mau disambung disayat sisinya, pertemukan, lalu diikat dengan tali. Lama-lama jaringan dua batang akan menyatu untuk kemudian bisa dibotong. Batang bawah potong ujung atas, batang atas potong ujung bawah.
4. Kultur Jaringan
Kultur jaringan merupakan perbanyakan tanaman secara vegetatif disebut juga micropropagation karena yang diperbanyak adalah bagian tanaman yang kecil yang menghasilkan anakan-anakan kecil yang terus digandakan.
Teknik kultur jaringan membutuhkan keahlian dan alat yang lebih mahal tapi berpeluang menghasilkan bibit yang banyak hanya dari bahan yang sedikit. Satu bakalan yang berupa ujung mata tunas bisa menghasilkan ribuan bibit. Teknik kultur jaringan juga mensyaratkan sterilisasi yang ketat, sehingga menghasilkan bibit yang bebas penyakit.
Sekarang sudah tersedia pelatihan dan peralatan kultur jaringan rumahan dengan alat dan bahan yang harganya terjangkau. Nutrisi kultur jaringan yang mahal juga bisa diganti dengan nutrisi alami dari ekstrak bahan di sekitar kita misalnya kentang, air kelapa, ekstrak kecambah, dll.