Di beberapa daerah di Jawa, ada tradisi yang dilakukan pemilik sawah sebelum memulai memanen padi, dinamakan wiwitan atau wiwit, berupa pemberian sesaji berupa nasi, lauk, pisang, ketupat, ayam, kelapa muda, dan bunga. Wiwitan atau wiwit artinya permulaan atau memulai, ritual ini dilakukan sebagai wujud terima kasih dan rasa syukur kepada Dewi Sri ( Dewi Padi) yang dipercaya menumbuhkan padi sebelum panen.
Dalam perkembangannya, tradisi ini dipengaruhi tradisi Islam, sehingga terjadi modifikasi dengan memasukkan doa secara Islam. Perlengkapan atau “ubo rampe” wiwitan berupa nasi, lauk, kelapa muda, pisang, ketupat, bunga tetap dipertahankan, tapi ditambah dengan doa secara Islam. Setelah didoakan, makanan dibagikan kepada yang ikut, biasanya anak-anak atau petani yang berada di sekitar sawah.
Di desa, ritual ini biasanya dilakukan oleh tetua kampung, atau orang yang sudah lanjut. Acara ini sangat disukai anak-anak, kalau ada yang mau mengadakan wiwitan, mereka mengikuti dengan tujuan agar mendapat bagian makanan. Sering juga terjadi anak-anak memperebutkan makanan setelah diberi doa sehingga makanan menjadi hancur, tapi anak-anak tetap memakannya dengan gembira.
Setelah persembahan makanan didoakan dan dibagikan, tetua akan memotong beberapa batang padi sebagai pertanda panen bisa dimulai.
Tradisi Wiwitan adalah kearifan lokal Indonesia yang masih dipertahankan oleh generasi tua di beberapa masyarakat di Jawa. Desa-desa di Jawa Tengah bagian selatan, Jawa Timur, desa-desa DIY, masih banyak yang melestarikan tradisi ini.
Wiwitan juga dilakukan untuk memulai panen tanaman lain seperti jagung, kacang, dan kedelai, tapi biasanya kelengkapan makanannya lebih sedikit. Prosesinya juga sama, tetua akan mencabut beberapa tanaman kacang tanah, kedelai, atau memetik beberapa jagung sebagai tanda dimulainya panen.
Di daerah lain juga ada tradisi sejenis dengan variasinya sendiri-sendiri. Sosok Dewi Sri, Sang Hyang Sri juga dikenal di masyarakat Sunda.
Bagaimana tradisi memanen padi di daerah anda?
Foto: langgar.co