Logo Taninews.com - media informasi dan hobi pertanian

Rehabilitasi lahan dengan sistem pertanaman lorong

 Admin Satu  Penulis   Karawang   17/11/2024      Teknologi   

Rehabilitasi lahan dengan sistem pertanaman lorong
Sistem pertanaman lorong atau alley cropping. Foto: disbun.jatimprov.go.id

Sistem pertanaman lorong atau alley cropping adalah suatu sistem penanaman selang-seling antara tanaman budidaya dan tanaman pagar yang membentuk lorong. Tanaman pagar yang ditanam melintang arah aliran berfungsi sebagai penutup tanah dan menghambat aliran permukaan sehingga mengurang erosi. Selain itu, tanaman pagar yang berupa legum akan meningkatkan kesuburan tanah dari serasah daun yang jatuh dan kemampuan mengikat nitrogen dari udara.

Sistem pertanaman lorong digunakan untuk konservasi atau rehabilitasi lahan miring dan kritis.

Sistem ini pertama kali diperkenalkan oleh Interational Institute of Tropical Agriculture (IITA) Ibadan Nigeria pada awal tahun 1970-an.

Sitem budidaya lorong bisa diterapkan untuk konservasi tanah dan air. Pertanaman lorong (alley cropping) sangat efektif dalam mengurangi limpasan permukaan sehingga mengurangi erosi. Sistem alley cropping juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah yaitu menurunkan BD (bulk density) dan meningkatkan konduktivitas hidraulik tanah.

Bulk density adalah perbandingan berat tanah kering dengan volume tanah, termasuk volume pori-porinya. Bulk density merupakan petunjuk kepadatan tanah, yang dinyatakan dalam gr/cm3.

Bulk density penting untuk menghitung kebutuhan pupuk atau air untuk setiap hektar tanah. Semakin padat tanah, maka bulk density-nya semakin tinggi, sehingga akar tanaman dan air akan semakin sulit menembus tanah

Sistem pertanaman lorong sesuai diterapkan pada lahan kering dengan kemiringan 3-40%.

Dari hasil penelitian Haryati et al. (1995) tentang sistem budidaya tanaman lorong di Ungaran pada tanah Typic Eutropepts, dilaporkan bahwa sistem ini merupakan teknik konservasi yang cukup murah dan efektif dalam mengendalikan erosi dan aliran permukaan serta mampu mempertahankan produktivitas tanah.

Tanaman pagar yang berupa pohon mempunyai akar yang kuat sehingga bisa menembus ke lapiasn tanah yang lebih dalam. Ini akan membuat tanaman bisa mengambil unsur hara dan air dari bagian tanah yang lebih dalam. Kemampuan tanaman ini dalam mengikat nitrogen dari udara akan bermanfaat bagi tanah di sekitarnya.

Sistem pertanaman lorong mempunyai beberapa keuntungan yaitu :
1. Sistem pertanaman lorong pada lahan kering dengan tanaman legum ditanam mengikuti kontour sangat efektif menekan laju erosi dan aliran permukaan .
2. Menghasilkan pupuk hijau atau mulsa untuk mendukung pertumbuhan tanaman pangan.
3. Hasil pemangkasan yang diberikan sebagai mulsa dapat menekan pertumbuhan gulma

Bahan serasah dari pemangkasan yang disebar di atas permukaan tanah atau pada tanaman budidaya berfungsi sebagai

1. menjaga kelembababan tanah,
2. menahan tekanan butir-butir air hujan dan mengurangi erosi,
3. memperbanyak kehidupan organisme tanah,
4. menekan pertumbuhan gulma
5. memperbaiki struktur tanah (Suhardjo, dkk., 1993)

Penelitian-penelitian tentang pertanaman lorong (Puslittanak, 1991) menyimpulkan, bahwa sistem budi daya lorong merupakan salah satu cara untuk mempertahankan produktivitas lahan kering yang miskin hara dan mempunyai KTK yang rendah. Suwardjo et al. (1987) melaporkan bahwa kandungan bahan organik tanah Podsolik di Jambi, Sumatera meningkat dari 1,8% menjadi 2,2% setelah 1 tahun ditanami dengan tanaman lorong Flemingia. Pada tahun kedua kandungan bahan organik semakin bertambah dengan nilai 2,8%.

Untuk menerapkan pola pertanaman lorong petani perlu memperhatian jenis tanaman yang dipakai sebagai tanaman pagar. Pola penanaman lorong dengan tanaman pagar akan mengurangi 5-20% luas lahan efektif untuk budi daya tanaman sehingga perlu dipilih tanaman ppagar dari jenis tanaman yang memenuhi persyaratan di bawah ini (Agus et al., 1999):
a. Merupakan tanaman yang mampu mengembalikan unsur hara ke dalam tanah, misalnya tanaman penambat nitrogen (N) dari udara.
b. Menghasilkan banyak bahan hijauan.
c. Tahan terhadap pemangkasan dan dapat tumbuh kembali secara cepat sesudah pemangkasan.
d. Tingkat persaingan terhadap kebutuhan hara, air, sinar matahari dan ruang tumbuh dengan tanaman lorong tidak begitu tinggi.
e. Tidak bersifat alelopati (mengeluarkan zat beracun) bagi tanaman utama.
f. Sebaiknya mempunyai manfaat ganda seperti untuk pakan ternak, kayu bakar, dan penghasil buah sehingga mudah diadopsi petani.

Tanaman pagar yang dipilih dar jenis polong-polongan (legum) baik pohon maupun perdu. Berikuat beberapa tanaman yang bisa menjadi tanaman pagar pada sistem penanaman lorong.
1. Kaliandra (Calliandra calothyrsus Meisn.)
2. Gamal (Gliricidia sepium)
3. Orok-orok hutan (Flemingia Congesta)
4. Lamtoro
5. Desmodium rensonii

Mengutip dari buku Teknik Konservasi Tanah secara vegetatif yang dikeluarkan Balai Penelitian Tanah, Kementerian Pertanian, tanaman Flemingia mempunyai kemampuan yang tinggi untuk tumbuh dan bertunas sehingga menghasilkan hasil pangkasan yang cenderung terus meningkat. Hasil pangkasan ini merupakan sumber bahan organik yang sangat penting.

Dalam buku yang ditulis oleh Kasdi Subagyono, Setiari Marwanto, dan Undang Kurnia ini memuat hasil enelitian tentang reklamasi yang dilaksanakan pada tahun 1970 dan evaluasinya pada tahun 1984 pada tanah berskeletal vulkanik Gunung Merapi di Kali Gesik, Jawa Tengah.

Sukmana et al. (1985) melaporkan bahwa setelah 14 tahun direklamasi dengan Flemingia congesta mampu menghasilkan serasah (kering udara) sebanyak 5,6 t/ha. Biomassa ini memberikan kontribusi terhadap peningkatan bahan organik tanah 2,65% yang sebelum direklamasi tidak mengandung bahan organik.

Dibandingkan dengan vegetasi alami, Flemingia sangat besar kontribusinya dalam peningkatan bahan organik tanah. Bahan organik ini sangat penting dalam peningkatan kapasitas tanah menahan air (water holding capacity)

Kendala sistem budidaya lorong.

Dikutip dari situs Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, berikut beberapa kendala penerapan budidaya lorong oleh petani secara meluas antara lain:

  1. lambatnya pertumbuhan barisan tanaman pagar (hedgerows) pada lahan marginal
  2. kurang efektifnya fungsi barisan tanaman pagar untuk menghambat aliran permukaan dan erosi,
  3. sulitnya pemeliharaan dan penanganan hasil pangkasan tanaman pagar, dan
  4. terjadinya persaingan penyerapan air dan unsur hara antara tanaman budidaya yang ditanam di lorong (alley) dengan tanaman pagar.

Selain itu, pemanfaatan tanaman pagar terlalu besar sebagai pakan ternak akan mengurangi funsgi tanaman pagar sebagai penambah unsur hara tanah.

Dengan memperhatian keuntungan dan kendalanya, sistem penamanam lorong bisa diterapkan sebagai teknologi rehabilitasi lahan kritis maupun konservasi lahan. Tkenik budidaya tanaman lorong cocok diterapkan pada lahan yang miring, kering, dan kurang unsur hara. Pemilhan tanaman pagar yang tepat bisa meningkatkan keberhasilan metode ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Profile

foto user
Admin Satu
 Penulis   Karawang

Ini adalah administrator satu. Bertanggungjawab menangani pengaturan website seperti mengunggah artikel, memperbaiki tampilan, menambah fungsi, mengubah role anggota, dll.

Lihat Profil
Belum menjadi anggota?
Daftar di sini

Tulisan dari Admin Satu


Terkait

Budi Daya Padi Jajar Legowo Super
 Muhammad Nur  Penyuluh Pertanian   Sentani,Jayapura,Papua

Budi Daya Padi Jajar Legowo Super


  16/08/2023   Teknologi,Tips dan Trik 
Polbangtan Bogor jadi lokasi proyek Smart Farming
 Admin Satu  Penulis   Karawang

Polbangtan Bogor jadi lokasi proyek Smart Farming


  9/08/2023   Teknologi