Dalam era globalisasi Indonesia melakukan hubungan setara dengan negara alin, baik hubungan politik, budaya, maupun perdagangan. Indonesia membutuhkan negara lain untuk mendapatkan barang yang kita tidak atau belum bisa memproduksinya, selain itu, Indonesia juga menjual kepada negara lain barang-barang yang mereka butuhkan. Salah satu komoditas ekspor Indonesia adalah hasil pertanian.
Sektor pertanian Indonesia termasuk sektor yang sektor yang menyerap banyak tenaga, apalagi dalam pandemi Covid-19. Menurut Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, sektor pertanian, baik dalam data triwulan I sampai triwulan IV, pada 2020 menunjukkan tren yang terus membaik dan terjaga.
“Memasuki triwulan I pada 2021 menuju triwulan II baik data maupun faktualisasi lapangan semua berjalan dalam kendali yang cukup baik dan terus melakukan peningkatan,” ujar Syahrul dalam keterangan pers virtual, Kamis (5/8/2021).
Bila dilihat porsinya terhadap pertumbuhan PDB menurut lapangan usaha untuk triwulan II-2021, pertanian masih tumbuh 14,27 persen. Ini menunjukkan bahwa sektor pertanian tidak pernah minus, terus mengalami pertumbuhan,” lanjutnya.
Untuk hasil pertanian, ada yang untuk konsumsi dalam negeri, ada yang untuk konsumsi ekspor. Data Kementan tahun 2020 menunjukkan, nilai total ekspor Indonesia adalah 163,31 miliar dolar AS. Dari total tersebut, ekspor sektor pertanian mencatatkan nilai 4,12 miliar dolar AS atau mengalami kenaikan 13,98 persen dibandingkan 2019 yang mencatatkan nilai 3,61 miliar dolar AS. Kontribusi sektor pertanian terhadap kumulatif ekspor masih sangat kecil, yakni 2,52 persen.
Untuk eskpor juga masih didominasi produk industri, yaitu karet, minyak sawit, dan kakao. Sementara untuk produk ekspor sayuran, pada tahun 2016 Indonesia telah mengekspor kubis, sawi dan bunga kol sebesar 40.240 ton dan 77 jenis sayuran lainya dengan tujuan ke Negara Taiwan, Malaysia, Singapura, Thailand dan Belanda.
Sementara untuk buah-buahan Indonesia pada tahun 2016, ekspor kelapa bulat, manggis dan pisang sebesar 564.372 ton juga sudah diespor ke berbagai negara. Kelapa bulat Indonesia secara rutin telah diekspor ke China, Thailand, Jepang dan 16 negara lainya. Kemudian manggis diekspor ke 29 negara. Sementara pisang diekspor ke Jepang, Cina dan Malaysia, yang menjadi 3 besar tujuan ekposr pisang Indoensia.
Data dari Kementerian Pertanian menunjukkan, untuk tahun 2017, komoditas pertanian yang menjadi penyumbang ekspor terbesar adalah karet dan produk turunannya. Tercatat, sejak Januari hingga Juni 2017 total ekspor yang dilepas ke Amerika Serikat mencapai 1.020.3 ton, sedangkan lalu lintas di 2018 mencapai 817.7 ton.
Pasar ekspor berikutnya ditempati Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dengan nilai 667.4 ton untuk periode Januari-Juni dan 317.0 ton untuk lalu lintas di tahun 2018.
Kedua, pasar ekspor kelapa sawit menembus pasar India sebagai negara pengimpor tertinggi dengan angka 2.521.6 ton untuk periode Januari dan Juni 2017. Sedangkan tahun 2018 angkanya mencapai 1.4909.4 ton. Pada urutan selanjutnya, Republik Rakyat Tiongkok mengimpor kelapa sawit sebanyak 802.1 ton untuk periode 2017 dan 948.1 ton untuk periode 2018.
Pada posisi ketiga, produk kakao dengan pasar ekspor paling banyak menembus 147.9 ton untuk negara tujuan Amerika Serikat. Setahun berlalu, jumlahnya naik menjadi 170.9 ton. Sedangkan Malaysia mengimpor produk Indonesia dengan jumlah 83.8 ton dan 63.7 ton untuk tahun 2018.
Keempat, hasil produksi petani kopi Indonesia menembus pasar Amerika Serikat dengan nilai ekspor mencapai 138.8 ton untuk tahun 2017 dan 123.6 ton untuk tahun 2018. Selanjutnya, negara ekspor kedua ditempati Jerman dengan total ekspor mencapai 42.3 ton.
Selain itu, tanaman talas juga menjadi komoditas ekspor yang baru. Talas Indonesia yang menjadi favorit antara lain Talas Beneng, Talas Pratama (1,2, berlian), dan Talas Pontianak. Talas bisa diekpor daunnya, batangnya, maupun umbinya. Tujuan ekspor talas adalah Australia (daun), Jepang, RRT, Malaysia, Thailand, India, dan Pakistan (batang dan umbi). Permintaan talas di Jepang dan China mencapai 350 ribu ton.
Ini adalah peluang bagi para petani Indonesia untuk melihat komoditas apa yang banyak dibutuhkan untuk ekspor. Komoditas yang yang diekspor mempunyai persyaratan mutu yang lebih ketat daripada untuk konsumsi lokal, ini wajar karena untuk perdagangan internasional sangat penting adanya standar mutu. Selain itu, dengan adanya eskpor berarti peluang hasil panen petani lebih besar mendapatkan pasar. dengan diekspor juga menjaga harga komoditas lebih tinggi, seperti hukum ekonomi, permintaan meningkat makan harga akan naik.
Jadi tantangan bagi para petani adalah menghasilkan komoditas yang benyak tapi dengan mutu yang bagus. Ini bisa dicapai bila para petani menerapkan standar mutu mulai dari pengerjaan tanah, pemupukan, perawatan, pemanenan, penyimpanan, maupun pengiriman/pengepakan hasil pertanian.