Dampak perang Rusia – Ukraina mengakibatkan pasokan gandum dunia terganggu. Hal ini karena Rusia maupun Ukraina merupakan penghasil gandum besar dunia. Sementara negara-negara lain penghasil gandum seperti Kazakhstan, Kirgizstan, India, Afghanistan, Algeria, Kosovo, dan Serbia menahan ekspor untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya.
Dampak yang sudah dirasakan oleh masyarakat Indonesia adalah kenaikan harga tepung terigu sebesar 30%, yaitu dari 10ribu menjadi 13ribu per kilogram.
Pemerintah RI sudah membuat langkah-langkah alternatif. Presiden Joko Widodo meminta pengembangan lahan sorgum hingga 154 ribu hektare di Kabupaten Waingapu, Nusa Tenggara Timur, sebagai komoditas pangan substitusi pengganti gandum.
Hal itu disampaikan oleh Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto usai mengikuti rapat internal terkait peningkatan produksi sorgum dan kebijakan gandum di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis seperti dikutip antaranews.com (4/8/22).
“Arahan Bapak Presiden diprioritaskan untuk NTB di Kabupaten Waingapu yang kemarin sudah dilihat Bapak Presiden, dan di 2023 disiapkan lahan 115 ribu hektare dan di 2024 sebesar 154 ribu hektare,” kata Airlangga, Kamis (4/8/22).
Hal serupa pernah disampaikan Jokowi waktu menghadiri penanaman benih dan panen sorgum di Kabupaten Sumba Timur NTT (2/6/2022). Dalam kesempatan tesrebut Presiden Joko Widodo berencana memperluas area lahan tanaman sorgum di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) guna mengurangi ketergantungan impor gandum dan jagung sebagai sumber pangan.
“Saya perintahkan kepada gubernur dan bupati untuk betul-betul memastikan berapa luasan lahan yang bisa dipakai untuk menanam sorgum sehingga kita tidak bergantung kepada gandum, tidak bergantung pada jagung dari impor,” kata Presiden Jokowi dalam keterangan pers melalui video yang diunggah akun YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (2/6/22).
Presiden Jokowi pun telah memerintahkan Gubernur NTT Viktor Laiskodat dan Bupati Sumba Timur Khristofel Praing untuk memperluas lahan yang bisa ditanami sorgum.
“Kita akan perbesar tanaman sorgum ini di Provinsi NTT dengan harapan kita miliki alternatif pangan dalam rangka (mengatasi) krisis pangan dunia. Kalau kita ada berlebih, ada stok, justru ini yang akan kita ekspor,” kata Kepala Negara.
Sebagai informasi, sorgum merupakan tanaman yang mudah tumbuh di kondisi yang kering seperti di NTT. Dikutip dari mongabay.com, penanaman sorgum sudah dilakukan di 8 kabupaten di NTT. Adalah Yayasan Pembangunan Sosial Ekonomi Larantuka (Yaspensel) bersama Maria Loretha selaku pelestari benih yang sudah mengembangkan 14 varietas sorgum yakni Pega, Wolo, Warogoru, Mesak Hitam, Lepang, Watablolon, Merih, Okin, Wataru, Kuali, Wata Mayung, Terae Are, Terae Madare dan Wataru Hamu.
Kabar baiknya, semua jenis sorgum baik sorgum pangan (tipe tanaman pendek) maupun sorgum (batang) manis (tipe tanaman tinggi) dapat tumbuh dengan baik atau bisa dikembangkan di NTT dimana pemilihan jenis sorgum yang akan dikembangkan tergantung tujuannya.
Dinas Pertanian Provinsi NTT untuk musim tanam 2020/2021 memiliki program pengembangan sorgum seluas 2.840 Ha tersebar di 14 kabupaten dan Yaspensel dipercaya untuk menyiapkan benih sebanyak 22,7 ton. (mongabay.com).
Pemanfaatan sorgum sebagai alternatif sumber karbohidrat merupakan usaha diversifikasi pangan. Ini sangat penting untuk dirintis mengingat di masa depan, ketika misalnya ada konflik, perubahan iklim, musim hujan atau kemarau ekstrim, yang menyebabkan pasokan salah satu bahan pangan terganggu, ada alternatif bahan pangan yang lain.