Logo Taninews.com - media informasi dan hobi pertanian

Tradisi Keboan Aliyan di Banyuwangi, tradisi mengawali musim bercocok tanam

 Admin Satu  Penulis   Karawang   22/09/2022      Ragam   

Tradisi Keboan Aliyan di Banyuwangi, tradisi mengawali musim bercocok tanam
Tradisi Keboan Aliyan di Desa Aliyan, Rogojampi, Banyuwangi. Foto: detik.com/Ardian Fanani

Masyarakat desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi mempunyai tradisi yang dilaksanakan menjelang masa bercocok tanam, yaitu Keboan. Tradisi ini dipercaya masyarakat setempat sebagai sarana menolak bala, permohonan agar diberi keselamatan dan hasil panen yang melimpah.

Dikutip dari website banyuwangikab.go.id, Keboan Aliyan yang konon dilaksanakan sejak era kerajaan Blambangan adalah warisan Buyut Wongso Kenongo, yang lokasi makam berada di Dusun Cempokosari, Desa Aliyan. Ritual ini dilaksanakan oleh masyarakat setempat yang berkultur Osing setiap memasuki bulan Suro penanggalan Jawa.

Dikisahkan tradisi ini berawal dari datangnya wabah penyakit yang menyerang lahan pertanian hingga bertahun-tahun.

Ceritanya, Mbah Wongso Kenongo, sebagai sesepuh warga kala itu berusaha menanggulangi wabah tersebut. Kemudian Mbah Wongso meminta petunjuk kepada Sang Pencipta dengan bermeditasi di pertapaan. Dalam pertapaan tersebut, ia mendapat wangsit agar anaknya, Joko Pekik, ikut bermeditasi. Kejadian aneh pun terjadi, Joko Pekik mendadak berperilaku seperti kerbau, dia berguling-guling di area pesawahan.

Setelah itu seluruh hama penyakit yang menyerang persawahan warga menghilang. Dari situ tradisi ‘Keboan’ terus berlangsung turun menurun sebagai wujud pengharapan hasil panen yang melimpah.

Tradisi ini yang sekarang dilestarikan oleh warga desa Alian. Dalam tradisi Keboan, terjadi kesurupan/trance masal warga desa. Mereka seperti kerasukan dan berperilaku seperti kerbau, meronta-ronta ketika melihat kubangan air.

Warga desa menyambut tradisi ini dengan bergotong-royong menyiapkan segala kelengkapan upacara, mulai dari kebutuhan untuk ritual, hingga membangun gapura dari janur yang digantungi hasil bumi di sepanjang jalan desa sebagai perlambang kesuburan dan kesejahteraan.

Tradisi Keboan diawali dengan kenduri desa. Hari berikutnya digelar prosesi selamatan. Setiap kepala keluarga akan menyiapkan tumpeng sebagai kelengkapan selamatan untuk dipanjatkan doa oleh sesepuh adat setempat dan dimakan bersama-sama oleh warga desa. Kemudian sejumlah warga akan kesurupan kemudian berperilaku seperti kerbau.

Kemudian warga yang kesurupan tersebut akan berkeliling kampung diarak bersama-sama warga dan diiringi dengan musik gamelan dan replika kerbau. Selama perjalanan, orang-orang yang kesurupan tersebut berperilaku seperti kerbau yang sedang membajak sawah. Ketika melihat kubangan air, mereka akan berkubang, bergumul dengan lumpur, dan berguling-guling. Para kerabat dari orang-orang tersebut akan mengikuti untuk membersihkan lumpur yang mengenai wajah dan tubuh mereka.

Keboan Aliyan sendiri sudah menjadi festival yang dihadiri tidak hanya oleh masyarakat desa Aliyan, tapi juga masyarakat dari luar. Apalagi acara Keboan Aliyan selalu dirangkai dengan berbagai kegiatan pendukung lainnya seperti pagelaran wayang, janger, hingga pasar rakyat.

Tradisi Keboan Aliyan juga telah menjadi perhatian pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Mengutip website banyuwangikab.go.id, Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani turut hadir dalam Tradisi Keboan Aliyan yang digelar (31/7/2022) lalu. Ipuk mengharapkan kegiatan Keboan Aliyan dapat menjadi salah satu daya tarik wisatawan, sehingga akan dapat memberikan kontribusi dalam perputaran ekonomi masyarakat setempat. “Semoga penyelenggaraannya semakin baik dan ditata lebih kreatif sehingga menjadi daya tarik wisata yang lebih,” harapnya.

Itulah kekayaan budaya bangsa Indonesia. Kerbau sebagai sahabat petani untuk membajak sawah, menyuburkan tanah menjadi simbol dan permohonan agar para petani diberi keselamatan, kesehatan, dan hasil panen yang melimpah. Setiap daerah punya tradisi sendiri-sendiri. Tradisi Keboan Aliyan di Banyuwangi merupakan tradisi masyarakat petani, di daerah lain mungkin berbeda-beda. Inilah Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Profile

foto user
Admin Satu
 Penulis   Karawang

Ini adalah administrator satu. Bertanggungjawab menangani pengaturan website seperti mengunggah artikel, memperbaiki tampilan, menambah fungsi, mengubah role anggota, dll.

Lihat Profil
Belum menjadi anggota?
Daftar di sini

Tulisan dari Admin Satu


Terkait

Mappadendang, tradisi menyambut panen padi orang Bugis
 Admin Satu  Penulis   Karawang

Mappadendang, tradisi menyambut panen padi orang Bugis


  7/03/2022   Ragam 
Mengenal sistem tanam padi Jajar Legowo
 Admin Satu  Penulis   Karawang

Mengenal sistem tanam padi Jajar Legowo


  11/03/2022   Ragam 
Mapag Sri, tradisi menyambut panen padi di Jawa Barat
 Admin Satu  Penulis   Karawang

Mapag Sri, tradisi menyambut panen padi di Jawa Barat


  19/03/2022   Ragam