Sorgum (Sorgum Bicolor L. Moenc) merupakan tanaman rumput-rumputan, seperti padi dan gandum. Sorgum merupakan tanaman asli tropis Ethiopia, Afrika Timur, dan dataran tinggi Ethiopia dianggap sebagai pusat utama domestikasi sorgum (Vavilov 1926). Di Jawa, pohon sorgum disebut dengan cantel.
Sorgum menjadi kandidat pangan pengganti gandum karena mudah perawatan, tahan kekeringan, dan mempunyai kandungan pati yang tinggi, sekitar 80.42%, sedikit lebih tinggi dari jagung 79.95%.
Sorgum menjadi perhatian ketika presiden Jokowi menginstruksikan untuk memperluas lahan penanaman sorgum salahsatunya di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Sorgum merupakan sumber alternatif karbohidrat yang belum populer di Indonesia.
Akibat perang Rusia-Ukraina pasokan gandum menjadi terganggu, sehingga pemerintah perlu mencari alternatif pengganti. Sebagai bahan pangan, sorgum menempati peringkat kelima setelah gandum, jagung, padi, dan jelai. Produsen sorgum dunia didominasi oleh Amerika Serikat, India, Nigeria, China, Mexico, Sudan dan Argentina (ICRISAT/FAO, 1996).
Dalam kondisi tidak normal, misalnya perang, ada wabah penyakit, bencana alam yang mengganggu rantai pasokan makanan mengakibatkan distribusi barang menjadi terganggu. Ketergantungan dengan satu atau sedikit sumber akan mengganggu produksi pangan, yang akhirnya akan merugikan secara ekonomi, sosial, atau politik. Penguasaan akan beberapa sumber pangan sangat penting agar sumber bahan untuk rakyat selalu terjamin.
Klasifikasi sorgum
Kingdom | Plantae |
Divisi | Spermatophyta |
Sub Divisi | Angiospermae |
Kelas | Monocotyledonae |
Ordo | Poales |
Famili | Poaceae |
Genus | Sorghum |
Spesies | S. bicolor L. Moenc |
Sorgum merupakan makanan yang bebas gluten, atau gluten free, dan angka indeks glikemik yang rendah jadi aman bagi yang diet bebas gluten dan pengidap diabetes.
Berbeda dengan pelaku diet “gluten free”, bagi sebagian besar orang, adanya gluten justru lebih disukai karena menjadikan makanan olahan seperti roti atau mie menjadi lentur, kenyal, tidak kaku. Sorgum tidak mempunyai gluten, mungkin ini yang menjadikan sumber pangan ini kurang populer untuk menjadi sumber karbohidrat di Indonesia.
Sementara indeks glikemik (IG) sorgum termasuk rendah sehingga aman bagi pengidap diabetes. Indeks glikemik sorgum sekitar 46.8 yang tergolong dalam IG rendah < 55 (Taylor and Duodu, 2019). Sebagai perbandingan, IG nasi putih sekitar 73, IG nasi merah sekitar 55. Kandungan gizi Berdasarkan fakta gizi yang terdapat dalam laman Data Komposisi Pangan Indonesiahttps://www.panganku.org/, sorgum dengan berat 100 gram memiliki komposisi gizi sebagai berikut:
Kandungan | vol | satuan |
---|---|---|
Energi | 366 | kalori |
Protein | 11 | gram |
Karbohidrat | 73 | gram |
lemak | 3.3 | gram |
Serat | 1.2 | gram |
Vitamin B1 (tiamin) | 0.99 | mg |
Vitamin B1 (tiamin) | 0.14 | mg |
Serat | 1.2 | gram |
Niasin | 2.8 | mg | Besi | 4.4 | mg |
Fosfor | 287 | mg |
Kalium | 249 | mg |
Kandidat bahan pembuat mie
Mie instant adalah makanan yang sangat populer di Indonesia. Produk mie instant produksi atau merek Indonesia juga terkenal dan diekspor ke berbagai negara. Sorgum berpeluang menjadi kandidat pembuat mie selain gandum. Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) Fransiscus Welirang menuturkan, ppihaknya mendukung penuh upaya Kementerian Pertanian dalam antisipasi krisis pangan global dengan mencari alternatif bahan baku lokal seperti sorgum.
Selain itu, pihaknya juga siap mengembangkan mi instan berbahan dasar dari sorgum untuk menggantikan gandum yang diimpor dari luar negeri. Menurutnya ke depan, akan ada program pengembangan tanaman sorgum.
“Kita dengan Pak Mentan SYL memperbincangkan banyak hal, tapi intinya bagaimana kita saat ini bisa mengembangkan bahan baku lokal seperti sorgum,” ujarnya seperti dikutip Antara, Minggu (14/8/2022).
Budidaya sorgum
Sorgum termasuk tanaman tahan kekeringan sehingga bisa dibudidayakan di daerah yang sedikit air. Sorgum bisa dipenen dalam waktu 100-110 HST. Litbang kementerian Pertanian Republik Indonesia sudah mengembangkan beberapa varietas sorgum, yaitu sorgum varietas Super 1, Super 2, Kawali, Numbu, Suri 3 Agritan, dan Suri 4 Agritan.
Potensi hasil sorgum rata-rata masih rendah sekitar 3ton/ha. Ini menjadi tantangan tersendiri dalam pengembangan sorgum. Sebagai perbandingan, potensi hasil padi sekitar 10ton/ha, dan jagung 11ton/ha. Bagi petani tentu kurang menarik untuk menanam tanaman dengan produktivitas rendah.
Lahan penanaman
Saat ini, daerah pengembangan sorgum cukup luas meliputi Jawa Tengah (Pati, Demak, Wonogiri, Grobogan), Yogyakarta (Gunung Kidul, Kulon Progo), Jawa Timur (Lamongan, Bojonegoro, Tuban, Probolinggo), Aceh, dan sebagian daerah di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Untuk NTT, sorgum merupakan tanaman yang mudah tumbuh di kondisi yang kering seperti di NTT. Dikutip dari mongabay.com, penanaman sorgum sudah dilakukan di 8 kabupaten di NTT. Adalah Yayasan Pembangunan Sosial Ekonomi Larantuka (Yaspensel) bersama Maria Loretha selaku pelestari benih yang sudah mengembangkan 14 varietas sorgum yakni Pega, Wolo, Warogoru, Mesak Hitam, Lepang, Watablolon, Merih, Okin, Wataru, Kuali, Wata Mayung, Terae Are, Terae Madare dan Wataru Hamu.
Sorgum adalah alternatif sumber karbohidrat yang perlu dikembangkan. Sorgum bisa ditanam di daerah yang kurang air, sehingga bisa dimanfaatkan untuk menanami lahan kering di seluruh Indonesia. Potensi hasil yang masih rendah menjadi tantangan pengembangan sorgum. Pemerintah perlu melakukan riset pengembangan varietas sorgum yang punya potesi hasil lebih besar sehingga lebih menguntungkan bagi yang menanam.